*Surat untukmu, dariku*
Oleh: Muh. Andrianto H
Oleh: Muh. Andrianto H
Yang terkasih,
dear Lily,
dear Lily,
Lily,
Sekian lama aku menunggu untuk menuliskan tulisan kecil ini untukmu, yang sedari dulu aku tunggu engkau di bawah sinar rembulan di dekat pohon kamboja, yang mulai menampakkan kuncup indah bunganya dan harum ranum semerbak wanginya.
Lily, ku yang tersayang.
Selamat, engkau telah rampungkan arena judi beratmu, sehingga indah kelopak matamu bersinar bagai rembulan purnama di bulan april, tak lama lagi engkau akan pergi meninggalkan jalanan tua ini, menuju jalanan api keabadian.
Engkau tentu ingat, ketika aku menuliskan suatu rentetan surat tentang raja raja yang hendak melarikan diri dari istana, hanya untuk mengejar bunga kamboja di jalanan desa. Engkau juga pasti ingat, saat kita berjalan di bawah lentera lampu kota, beralaskan kerongkong tanah terjal, di hiasi rintik hujan. Kala itu aku ucapkan selamat untuk Lily ku sayang, telah terjawab doa-doamu.
Kini, bulan sabit saat bulan pertama di tengah 12 bulan berganti, aku menunggu dikau di bawah temaram cahaya kota. Temaram senja yang meninggalkan cahaya siang.
Lily,
lihatlah dedaunan itu, mereka bernyayi mengalunkan surat cerita untuk
keabadian, daunnya yang hijau, melambai kearah utara dan kembali keselatan.
Batangnya yang kokoh, serta akarnya yang merasuk dalam, mengingatkan kita akan
janji cerita kita yang akan mengarungi luasnya samudera.
Tapi apa hendaknya boleh dikata, kita melupakan satu hal yang telah membuat kita berbalik arah untuk menyatukan tujuan. Kita lupa ketika badai dari selatan berhembus ke utara ialah badai penghabisan malam gelap. Yang merusak bangunan kokoh serta memadamkan cahaya lampu. Aku dengan sekuat hati terpaksa untuk menghanyutkan kelopak bunga kamboja ke arus air sungai berserta perahu harapan kita.
Tapi apa hendaknya boleh dikata, kita melupakan satu hal yang telah membuat kita berbalik arah untuk menyatukan tujuan. Kita lupa ketika badai dari selatan berhembus ke utara ialah badai penghabisan malam gelap. Yang merusak bangunan kokoh serta memadamkan cahaya lampu. Aku dengan sekuat hati terpaksa untuk menghanyutkan kelopak bunga kamboja ke arus air sungai berserta perahu harapan kita.
Lily ku, yang tersayang.
Mungkin tulisan ini ialah suratku untukmu, semoga engkau menuliskan bunga mawar yang indah untukku.
Salam
YANG TERKASIH
1 Comments
Keren kak
ReplyDelete