Perihal Cinta dan Kegilaan Seorang Kekasih untuk Kekasihnya
Oleh : M. A. H
Untuk yang terkenang
Lily ku, yang malang.
Selamat malam, Lilyku. Salam hangat dan bahagia untukmu. Semoga engkau tetap dalam lindunganNya, dan semoga engkau diberi kesehatan dan kebaikan jiwa, sehingga menjauhkan diri dari arti derita.
Hari ini, tepatnya bulan ke empat, minggu ketiga hari keenam dalam tahun kabisat. Aku akan memberikan beberapa kisah untukmu, yang akan menghiasi hari-harimu ketika engkau dirundung ketidakpastian. Aku tahu, cerita ini tidak akan menggetarkan hatimu dan menggoyahkan imanmu, tapi aku berharap kisah ini dapat melunakkan beban berat dipundakmu sehingga dapat menghapus linangan air matamu. Dan aku berharap engkau tetap membawa cahaya kecilku dan buku merah yang aku berikan kepadamu sebelum kepergianku. Disitu aku tuliskan beberapa larik untaian cerita tentang perihal waktu dan keabadian.
Tetapi, hari ini akan ku beritahukan tentang hal ihwal cinta dan kegilaan. Engkau tahu sebagaimana kita semua mengetahui, bahwa sang semesta tak akan menjatuhkan sangkar keabadiaan kepada orang-orang yang salah. Engkau juga pastilah tahu bahwa keabadian akan menyertai bagi mereka yang dirundung kebahagian. Kebahagian yang akan menggerakkan insan-insan terpasung oleh tali keterikatan. Tali keterikatan itulah yang akan kuberi nama cinta dan kegilaan.
Cinta memang seperti bunga mawar yang sedang bermekaran ditaman bunga. Ia memberikan harum semerbak pesonanya kepada mereka yang mendekatkan dirinya. Ia laksana fajar pagi yang menghidupi setiap jiwa yang tertempa belaiannya. Ia tak memandang atau memilah siapa saja yang mau ia terpa. Ketika ia datang, bersiaplah, teguhkanlah, dan kuatkatlah jiwamu untuk menyambut kedatangannya. Janganlah engkau palingkan wajahmu, dan engkau singkirkan hatimu darinya. Karena ia akan merobek dan menghanguskan jiwamu laksana petir yang menyala-nyala saat hujan menyertainya.
Tetapi, engkau juga harus ingat pesanku kepadamu, saat engkau dan aku perlahan menyusuri lorong-lorong kesunyian.
Kala itu, aku berikan sepucuk surat kepadamu, yang aku tulis ketika aku sedang mengasingkan diri dan menjauh dari keramaian. Aku berikan itu kepadamu, karena aku tahu engkau pasti akan merindu saat dirimu tak ada disampingku.
Memang betul, Lily.
Keterpisahan ialah suatu roda yang kurang indah untuk dijalani. Apalagi, bagi mereka yang sedang dilanda asmara. Mereka yang sedang dilanda nestapa bagaimanapun bentuk ujiannya. Ia tak akan mampu menghadapinya karena derita akan selalu menyertainya walau mereka berjuang berlari darinya. Seperti bunga yang kekurangan air kehidupannya, yang akan layu diterpa terik matahari. Tetapi dengan begitu seorang pencinta bisa mengetahui tentang arti kesendirian, kesunyian dan kehilangan.
Ketika mereka merenungi, meratapi dan menghayati arti kesunyian. Jiwa mereka, seperti terbang bak seekor merpati yang kehilangan kekasihnya. Ia akan terbang, menghilang, dan meraung-raung meratapi kisah hidupnya. Karena setiap bayangan yang mereka lihat, ialah bayangan cinta. Mereka menjadi gila oleh karenanya.
Tetapi, engkau musti ingat juga.
Kegilaan bukanlah suatu keburukan. Kegilaan ialah rasa syukur kepada sang semesta yang musti kita pelihara. Ia datang bukan karena kehendak kita, ia datang karena ia mendatangkan dirinya kepada kita. Dan olehnya, kita bisa mengetahui setiap insan yang sedang dilanda gila, adalah insan yang sedang berbahagia karena ia sedang mencinta.
Kita bisa meneladani kisah-kisah epik ini dari sang pencinta yang sudah mendahului kita. Kisah-kisah yang begitu indah untuk dibicarakan dan diutarakan kembali. Seperti kisah Layla dan Qays. Kisah yang akan membuat iri setiap insan yang sedang berasmara. Mereka berdua, ialah contoh yang patut untuk kita semai, kita rawat dan kita jaga. Sebab dari mereka berdualah kita bisa melihat bagaimana kehebatan sang semesta menjulurkan tangannya, hingga hanya mautlah yang dapat memutuskan tali cintanya.
Bukan hanya kisah Layla dan Qays yang harus kita jaga.
Kita mustilah menjaga keabadian cerita kita, sehingga kita akan menemukan arti bahagia. Tak akan ada bahagia yang akan datang begitu saja, ia mustilah dicari. Dan bagaimana cara untuk mencarinya ? itulah pertanyaanku kepadamu Lily.
Bila engkau mencari kepada dunia, engkau tak akan dapat mendapatkannya. Bila engkau mencari kepada sesama engkau hanya akan mendapat derita. Carilah ia dalam hatimu paling dalam, carilah ia dalam doa-doa kusyuk peribadatan kepada sang Pencipta. Karena hanya kepadanya kita berpaut tali kebahagiaan. Salah satu jalan menuju ketakberhinggaan bahagia ialah menjalani jalan cinta. Menerangi setiap langkah dengan lentera di tangan. Membawa anggur untuk kehidupan, dan membawa bunga untuk keharuman.
Begitulah, mungkin yang dapat aku sampaikan kepadamu. Aku berharap engkau dapat menemuiku saat bulan tepat diatas kita.
Semoga engkau tetap seperti Lily ku yang dulu. Dan aku berharap engkau dapat menceritakan beberapa kisah cerita untukku. Sehingga kering dahaga kerinduanku kepadamu akan tersirami. Layaknya musim semi yang datang terlalu dini.
Dan yang terakhir, Aku berharap engkau menyimpan surat ini dalam lemari kecilmu. Yang berada didekat meja menulismu. Dan tak lupa juga, jangan engkau buang melati yang ada dipekaranganmu, semailah ia, rawatlah dengan sepenuh hati, hingga ia nanti akan tumbuh mengisi hari-harimu.
Mungkin sampai disini yang bisa aku ceritakan dari tulisan lusuh ini, untukmu, semoga engkau dapat membalasnya dengan mawar yang harum. Sehingga engkau dapat memberikanku sebuah kesejukan hati.
Salam dariku Untukmu
0 Comments