Kemarin lusa kira-kira, Republik ini dikejutkan kembali dengan aksi nekat diri, yang
berujung pada bom bunuh diri. Kejadian itu dilakukan tepat di depan gereja yang
mempunyai latar belakang intitusi keagamaan. Keadaan yang disinyalir kuat
terjadi karena adanya pendangkalan pemahaman dari si pelaku menjadi sebab
musabab, kejadian nekat itu terjadi. Kenapa saya bilang kejadian nekat, karena
hanya orang yang berpandangan satu arah dan kurang wawasan yang mau melakukan
aksi tersebut.
Pandangan
ekstremis yang diharapkan mampu merubah keadaan dengan cepat dan tanpa waktu
yang lama tanpa harus mengorbankan orang yang banyak. Dan ditambah lagi dengan
doktrin mati mulia yang mendorong pelaku dapat melaksanakan aksinya dengan
keyakinan yang menggebu. Landasan keyakinan dan ditambah doktrin religius membuat
psikologis pelaku terilhami oleh harapan masa depan yang lebih baik. Harapan yang
muncul ialah janji mati syahid dan masuk surga bersama orang-orang yang saleh.
Sontak
kita harus memahami bahwa apakah janji harapan mati syahid dan surga dapat
diraih dengan cara yang begitu. Mengorbankan diri sendiri dan membunuh orang
yang tidak bersalah? Mirisnya lagi dilakukan di depan Gereja yang notabene
tempat peribadatan orang-orang saleh, yang ingin menebus dosa kepada Tuhannya.
Cara
pandang dan cara berpikir yang salah kaprah inilah yang menyebabkan keadaan
intoleransi beragama. Cara pandang bahwa Agamaku adalah agama paling benar, dan
Agamamu adalah agama yang tidak benar. Menyebabkan pergesekan dalam penerapan
di masyarakat. Pembenaran satu aliran religious dan rasa sombong diri terhadap
keyakinannya memampukan seseorang untuk tergerak dalam kekhilafan.
Kesombongan
diri yang bermuara pada pengen eksisnya diri maupun kelompok adalah kegiatan
berlebihan untuk dilakukan. Kadang eksistensi diri dapat merusak pribadi
seseorang dan orang lain.
Hal
ini terjadi pada aksi bunuh diri yang dilakukan oleh sepasang kekasih yang baru
menikah sekitar 6 bulan. Kedua pelaku tersebut dengan penuh kesadaran dan
keyakinan bahwa aksinya tersebut adalah perjuangan menegakkan ketauhidan di
jalan yang benar. Seperti perjuangan umat-umat terdahulu yang gagah berani
untuk berperang di jalan Tuhan. Laiknya perang salib pertama yang digelorakan
oleh Paus Urban pada tahun 1096-1099, pada tahun-tahun pertama gelora
perjuangan di jalan Tuhan dimasukkan kepada pikiran-pikiran pejuang untuk
menegakkan keadilan.
Dalam
perang salib pertama motif yang dihembuskan untuk menggerakkan jutaan manusia
ialah pembebasan kota suci Yerussalem dari kekuasaan umat Muslim. Dengan
dorongan keyakinan tentang jalan yang benar dan harapan yang besar terhadap surga
yang dijanjikan jutaan umat dapat digerakkan dari Eropa ke Timur Tengah. Perang
salib pertama ini ialah perang perdana antara umat Kristen dan Muslim. Satu-satunya
motif yang berhembus ialah pembebasan kota suci Yerussalem dari umat Muslim.
****
Antara
perang salib dan pengorbanan diri dengan cara bunuh diri yang mengatasnamakan
keyakinan sebagai motor penggeraknya, generasi yang lebih muda dapat
menyimpulkan bahwa keyakinan tentang harapan surga dan harapan mati mulia
adalah motivasi terbesar sebagai tungku penggerak aksi nekat tersebut.
Oleh : M.A.H
0 Comments