Prosa: Menerka Jalan Sutra

Dari yang tersayang untukmu yang ku sayang
Li ly ku,

Maafkan aku telah meletakkan luka dalam hatimu. Menyemburkan murka di setiap detik nafasmu, menghianati suka dengan derita. 
Dan membuat hatimu laksana bunga tanpa mahkota. Dan hingga kini, aku telah mengetahui, betapa kita tak akan lama menanam derita dalam duka. Mengerdilkan suka membuat bahagia dengan sejuk kata.

Aku juga mengerti engkau tak akan bisa melepaskan, engkau tak mampu menahan pilu cibiran orang orang. Aku juga mengerti, hatimu terasa berat untuk merelakan yang akan terlupakan.

Dan perlu di ingat kita sama-sama memahami apa kata pengorbanan. Kita pernah juga berjalan diantara rimbunan bunga semboja.  Dan tentu engkau juga masih ingat bagaimana kita berjalan dengan kedua kaki kita melangkah beriringan, laksana bunga mekar di dedaunan.

Tapi kini, rembulan berganti, angin selatan berarak pergi, awan menggantung di tiang pelataran. Kita tak pernah bisa melawan kehendak alam, kita hanya segerombol domba tanpa tuan, kita tak pernah tahu kenapa kita harus bertahan untuk menanti sebuah jawaban. Maafkan aku, aku akan pergi untuk sebuah pencarian. Menunggangi kuda kearah selatan dan berharap akan bertemu dengan kebahagiaan.

Sekali lagi, aku katakan kepadamu, bahwa aku mencintaimu, aku ingin kita berjalan berdua seperti merpati berpaut dengan pujangganya. 
Memeluk bahagia, menerka jalan sutra. 
Tetapi apa daya, kita harus berjalan kedua arah berbeda. Dengan sejalan lebih dulu aku berkaca. Meninggalkan engkau penuh dengan air mata.

Yang terakhir,
Sampaikan salam rinduku kepada keluargamu, bahwa kita pernah saling merindu. Menyaksikan hari senin berganti selasa, selasa berganti rabu, rabu berganti dengan kamis dan seterusnya. 

Pernah suatu ketika, aku berjalan menyelusuri gang rumahmu, aku dapati bunga mawar mekar tepat di depan jendela kamarmu. Aku bayangkan engkau, kubelai rambutmu dan kucium keningmu. Duduk bersama di teras rumahmu, menghangatkan tubuh berdua di bawah sang surya. Menikmati desahan udara pagi. Dan engkau tuangakan secangkir kopi hangat hingga kau manjakan aku dengan senyuman.

Tak bisa kusangsikan dan tak bisa kutanggalkan, semua kenangan manis bersama dirimu. 

Semoga, kini engkau memahami betapa berat kita berpisah, semoga kita diberikan hati yang kuat untuk berbagi lagi dalam keabadian cinta.

Sekian, salam rinduku kepadamu,

dari yang 
TERKASIH

Post a Comment

0 Comments