Persinggungan PROFESIONALITAS dan LEBENSWELT

Persinggungan PROFESIONALITAS dan LEBENSWELT

Profesionalitas sebagaimana tertera dalam pengertian umum, merupakan suatu sikap ambil jarak antara yang privat dan yang umum. Privatisasi sikap diri agar tidak terguncang dengan gelombang bujukan arus utama menjadi prioritas utama sebagai seorang yang profesional. Bujukan, rayuan, ketertarikan akan singgungan dan sindiran menjadi sebab musabab kehilangan kontrol diri seorang profesional.
Keguncangan batin, keadaan emosional dan keadaan sosial menjadi bahan pertimbangan seorang profesional untuk menjadikannya tetap profesional. Profesional dalam hal pekerjaan, sikap, dan mental untuk mengelola, mengendalikan dan menahan gejolak emosi menjadikan seseorang dapat dimengerti sebgai profesional.
Tak lebih dan tak kurang perihal tentang etika dalam berperilaku seorang profesional dituntut dan diharuskan menjadi seorang publik figur yang menjadi panutan dalam hal, bertutur dan bertindak. Figur yang dipublikkan entah karena tuntutan atau entah karena warisan, mengharuskan seorang profesional menjadi berhati-hati dalam bertindak.
Karena figurnya yang terlanjur dikenal oleh publik, mau tak mau seorang profesional sedikit demi sedikit harus merubah Lebenswelt-nya, dalam arti mengikis sedikit sedikit perilaku dunia kehidupannya. Yang semula penuh dengan ke-aroganan, kebebasan, dan keskeptisan. Mau tak mau menghindari bentrokan antara yang publik dan yang privat. Privat dalam hal ini, ke-egoisan diri, untuk memaksakan pikiran-pikirannya.
Menggiring, meminggirkan, dan memblokade pemikiran-pemikiran radikalnya, menjadikannya seseorang jadi berbeda dari sebelumnya. Ia jadi seorang yang terpenjara dan terasing dalam kebiasaan kehidupannya.
Tak menutup kemungkinan kebiasaan yang menjadi nafas hidupnya akan terbawa ke dalam ke-profesionalitasannya. Sehingga dalam mengelola ke-profesionalitasannya ia terganggu dan terseret kepada tradisi-tradisi sebelumnya.
Pergesekan antar kebiasaanya yang seblumnya yg cenderung over-aktif, dengan ke-profesionalitasan yang mengharuskan ia menjaga marwah dirinya dan lembaga yang menaunginya. Membuat seseorang dianggap kurang cakap dalam profesi tersebut.
Stigma negatif yang timbul karena kecerobohan dan kekurang hatiannya, membuat hal hal di luar dugaan menguap keluar. Menimbulkan problem yang kurang sedap untuk ditonton publik.
Problem yang terlanjur menguap dipermukaan publik ibarat bom atom yang siap siap meledak di kemudian hari. Kecurigaan dan kesinisan publik semakin menguat seiring penggiringan opini yang berlebihan. Penggiringan yang dimaksudkan membersihkan nama pribadi, menjadikan bom atom untuk dirinya. Sebagian dan segilintir kecil orang menganggap sebagai hal yang berlebihan dalam menghadapi sebuah problem.
Sebuah paradoks untuk sebuah masalah yang kurang begitu penting dibicarakan, tapi diwacanakan dan digeloraka sedmikan massive-nya. Dan menjadi begitu besar ketika fenomena media sosial mengambil alih jalan mainnya.
Media sosial yang menjadi jalan keluar masuknya informasi dari publik ke person, tak dapat difilter dan di koreksi oleh si pembuat opini. Ketercermaran isi pikiran person dengan wacana yang digelontorkan secara membabi buta menjadikan publik kacau.
Saling tuduh, menghina dan menjelekkan tak mungkin dihindari ketika informasi sudah menyebar dengan begitu luasnya


M.A.H

Post a Comment

0 Comments