FACEBOOK DAN PERSOALANNYA

FACEBOOK DAN PERSOALANNYA
Oleh : M.A.H

Layaknya kehidupan manusia, laju perubahan dan revolusi industri tak dapat dipungkiri lagi semakin hari semakin tak terkendali. Revolusi industri yang di mulai dari revolusi industri pertama hingga sampai revolusi industri ke-empat, membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia sekarang ini. dengan adanya revolusi ini manusia laiknya seperti boneka yang dininabobokkan oleh berbagai macam kecanggihan teknologi.

Dari sudut pandang industrialisasi, perkembangan teknologi memungkinkan ditemukannya cara produksi dan distribusi barang yang lebih efektif dan efisien guna mewujudkan maksimalisasi penjualan dan konsumsi. Dengan biaya produksi yang lebih rendah atau relatif menurun, dan pasokan komoditi yang tak terbatas; kemungkinan penyebaran barang lebih merata dan menyeluruh. Dan dengan adanya revolusi digital khususnya pembaharuan diranah teknologi yang sekarang mulai menjamurnya internet sebagai wahana berselancar di dunia maya, semakin mudah memasarkan dan mencari barang dengan sekali klik.

Revolusi digital ditandai dengan diintegrasikannya sistem komputasi ke dalam segi-segi kehidupan masyarakat. Yang pada hal ini secara terbuka dapat menikmati akses-akses yang sebelumnya menjadi basis privatisasi. Basis privatisasi ini adalah internet. Internet yang pada mulanya diciptakan dan digunakan untuk keperluan militer, untuk keperluan menghubungkan daerah-daerah vital bila ada serangan militer. Pada tahun 1969 militer AS menggabungkan 4 sistem informasi untuk dijadikan terpadu menjadi satu yaitu,  Stanford Research InstituteUniversity of CaliforniaSanta BarbaraUniversity of Utah. Selanjutnya pada tahun 1972 pihak militer AS memperkenalkan sistem jaringan ini secara umum dengan nama ARPANET. Tidak lama berselang proyek ini berkembang dengan pesat, sehingga membuat kewalahan pihak militer. Selanjutnya dibagi menjadi dua sistem jaringan. Yang pertama MILNET (khusus untuk militer) dan yang kedua DARPA Internet (untuk masyarakat sipil), yang kemudian kita kenal sebagai internet seperti sekarang ini.

Terbentuknya dan dikonsumsinya teknologi dan informasi secara umum seperti internet, membuat generasi-generasi selanjutnya menciptakan lompatan revolusioner yang tak terduga-duga. Di mulai dari didirikannya mesin perambah (pencarian) seperti Google pada 4 September 1998 membuat kehidupan manusia berjalan begitu cepat dan mudah. Tak lama berselang generasi yang masih muda muncul setelah Google. Meskipun fungsinya tidak sama seperti Google, tetapi perannya dapat merubah cara pandang seseorang. Laman tersebut ialah Facebook. Facebook pertama kali diluncurkan pada 4 Februari 2004, dengan pendiri Mark Zuckerberg sebagai pencetusnya.

Facebook ini merupakan jejaring media sosial yang pertama kali diluncurkan hingga sekarang masih eksis dan berlomba sebagai competitor utama Google dan Amazon. Sekarang facebook mempunyai 2,6 milliar lebih pengguna aktif. Dengan jumlah pengguna yang sedemikian besar Facebook datang sebagai media sosial yang berguna untuk komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Tak lupa dengan begitu banyaknya user di facebook juga menimbulkan kontroversi didalamnya.

FACEBOOK DAN PERSOALANNYA.

Persoalan komunikasi publik dan privat memang tak gampang untuk memisahkannya. Apalagi bila ruang-ruang ini berada di dunia yang tidak seyogyanya nyata seperti halnya Facebook. Persoalan facebook dan kroni-kroninya memanglah memunculkan berbagai ambiguitas-ambiguitas.

 Bagi sebagian orang media sosial seperti facebook dibayangkan seperti ruang komunikasi antarorang atau dalam kelompok yang membuat semua orang dapat berbicara sekehendak hati, bebas bergosip tentang orang lain, tanpa perlu memikirkan perasaan orang lain dan dampak publiknya. Masalahnya media sosial adalah ruang komunikasi antarorang sekaligus untuk kelompok massa—ambiguitas pertama. Inilah keunikan dan kebaruan dari media sosial. Revolusi yang dibawa media sosial seperti halnya facebook dapat menerabas gerbang-gerbang komunikasi antarorang, kelompok, public dan massa. Dengan mudahnya kita mampu mengkritik pedas kepada seseorang dan kritikan kita dengan mudah menyebar ke mana-mana.

 Ambiguitas kedua- posisi media sosial sebagai ruang public sekaligus ruang privat. Dari persebaran jaringan dan keluasan jaringannya serta banyaknya orang yang terlibat dalam diskusi, media sosial merupakan ruang public. Tetapi, dari dari jenis ujarannya yang bersifat spontan, egaliter, verbal dan langsung, media sosial adalah ruang privat. Dari ambiguitas antara ruang public dan ruang privat inilah media sosial seperti Facebook menyebabkan kebingungan tentang standar etika mana yang menjadi tolak ukurnya. Tentunya ada perbedaan antar perbincangan personal dengan perbincangan antar kelompok.

Selanjutnya ambiguitasu yang ketiga dari media sosial ialah antara posisi media sosial sebagai institusi sosial dan institusi ekonomi. Bagi kebanyakan orang media sosial seperti facebook adalah institusi sosial yang sudah berbaik hati memberikan beragam kemudahan informasi dan komunikasi kepada penggunanya. Media sosial ini mengandaikan dan memungkinkan semua orang untuk berjejaring seluas mungkin dengan keefektivitasan yang tak terbayangkan. Media sosial ini juga memungkinkan seseorang menjadi dirinya sendiri dan bebas berbicara dan berpendapat sesuka hatinya tanpa menghiraukan perasaan orang lain.

Kata sosial dalam media sosial secara hegemonic membuat khalayak orang berpikir bahwa media sosial sepenuhnya merupakan institusi sosial yang memberikan fasilitas cuma-Cuma kepada semua orang untuk berinteraksi sosial dalam cara dan lingkup yang belum pernah terjadi. Namun seyogyanya dengan mudah mengidentifikasi bahwa media sosial seperti facebook ialah media yang tidak sepenuhnya bermotif sosial. Alih-alih bermotif sosial, sebenarnya motifnya ialah entitas bisnis dan bermotif komodifikasi. Media sosial merekam semua jejak aktivitas digital penggunya (user behavioral data) guna memperoleh aktivitas rutin pengguna dan dipergunakan untuk dasar menarik periklanan digital. Data aktivitas pengguna tersebut diolah sedemikian rupa guna memperoleh skema perilaku pengguna dan akhirnya dijual ke pengiklan. Terlepas dari ambiguitas media sosial yang berorientasi sosial maupun ekonomi, media sosial adalah tempat yang bagus untuk demokratisasi dan deliberasi di ruang public. Media sosial berperan sebagai tempat perdebatan public guna menyalurkan dan menyerap aspirasi masyarakat.

Ambiguitas keempat adalah posisi media sosial sebagai media alternative sekaligus arus utama. Media sosial hadir dan muncul sebagai media alternatif yang bermotif sebagai media pelarian dari media arus utama seperti koran, tv, radio, dll. Tetapi seiring berkembangnya teknologi dan percepatan laju ekonomi, media sosial yang tumbuh dan berkembang dari pendapatan iklannya. Bertumbuh dan memiliki rating yang cukup mengejutkan. Alih-alih sebagai media alternatif, kini media sosial seperti facebook, memiliki intesitas pengguna yang cukup besar, yang membuat facebook kini menjadi media sosial arus utama.


Post a Comment

0 Comments