Layaknya kehidupan manusia, laju perubahan dan revolusi industri
tak dapat dipungkiri lagi semakin hari semakin tak terkendali. Revolusi
industri yang di mulai dari revolusi industri pertama hingga sampai revolusi
industri ke-empat, membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia
sekarang ini. dengan adanya revolusi ini manusia laiknya seperti boneka yang
dininabobokkan oleh berbagai macam kecanggihan teknologi.
Dari sudut pandang industrialisasi,
perkembangan teknologi memungkinkan ditemukannya cara produksi dan distribusi
barang yang lebih efektif dan efisien guna mewujudkan maksimalisasi penjualan
dan konsumsi. Dengan biaya produksi yang lebih rendah atau relatif menurun, dan
pasokan komoditi yang tak terbatas; kemungkinan penyebaran barang lebih merata
dan menyeluruh. Dan dengan adanya revolusi digital khususnya pembaharuan
diranah teknologi yang sekarang mulai menjamurnya internet sebagai wahana
berselancar di dunia maya, semakin mudah memasarkan dan mencari barang dengan
sekali klik.
Revolusi digital ditandai dengan
diintegrasikannya sistem komputasi ke dalam segi-segi kehidupan masyarakat.
Yang pada hal ini secara terbuka dapat menikmati akses-akses yang sebelumnya
menjadi basis privatisasi. Basis privatisasi ini adalah internet. Internet yang
pada mulanya diciptakan dan digunakan untuk keperluan militer, untuk keperluan
menghubungkan daerah-daerah vital bila ada serangan militer. Pada tahun 1969
militer AS menggabungkan 4 sistem informasi untuk dijadikan terpadu menjadi
satu yaitu, Stanford Research Institute, University of California, Santa Barbara, University of Utah. Selanjutnya pada tahun 1972 pihak militer
AS memperkenalkan sistem jaringan ini secara umum dengan nama ARPANET. Tidak
lama berselang proyek ini berkembang dengan pesat, sehingga membuat kewalahan
pihak militer. Selanjutnya dibagi menjadi dua sistem jaringan. Yang pertama
MILNET (khusus untuk militer) dan yang kedua DARPA Internet (untuk masyarakat
sipil), yang kemudian kita kenal sebagai internet seperti sekarang ini.
Terbentuknya dan dikonsumsinya teknologi dan informasi
secara umum seperti internet, membuat generasi-generasi selanjutnya menciptakan
lompatan revolusioner yang tak terduga-duga. Di mulai dari didirikannya mesin
perambah (pencarian) seperti Google pada 4 September 1998 membuat kehidupan
manusia berjalan begitu cepat dan mudah. Tak lama berselang generasi yang masih
muda muncul setelah Google. Meskipun fungsinya tidak sama seperti Google,
tetapi perannya dapat merubah cara pandang seseorang. Laman tersebut ialah
Facebook. Facebook pertama kali diluncurkan pada 4 Februari 2004, dengan
pendiri Mark Zuckerberg sebagai pencetusnya.
Facebook ini merupakan jejaring media sosial yang pertama kali diluncurkan hingga sekarang masih eksis dan berlomba sebagai competitor utama Google dan Amazon. Sekarang facebook mempunyai 2,6 milliar lebih pengguna aktif. Dengan jumlah pengguna yang sedemikian besar Facebook datang sebagai media sosial yang berguna untuk komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Tak lupa dengan begitu banyaknya user di facebook juga menimbulkan kontroversi didalamnya.
FACEBOOK
DAN PERSOALANNYA.
Persoalan komunikasi publik dan privat memang
tak gampang untuk memisahkannya. Apalagi bila ruang-ruang ini berada di dunia
yang tidak seyogyanya nyata seperti halnya Facebook. Persoalan facebook dan
kroni-kroninya memanglah memunculkan berbagai ambiguitas-ambiguitas.
Bagi
sebagian orang media sosial seperti facebook dibayangkan seperti ruang
komunikasi antarorang atau dalam kelompok yang membuat semua orang dapat
berbicara sekehendak hati, bebas bergosip tentang orang lain, tanpa perlu
memikirkan perasaan orang lain dan dampak publiknya. Masalahnya media sosial
adalah ruang komunikasi antarorang sekaligus untuk kelompok massa—ambiguitas pertama. Inilah keunikan dan kebaruan
dari media sosial. Revolusi yang dibawa media sosial seperti halnya facebook
dapat menerabas gerbang-gerbang komunikasi antarorang, kelompok, public dan
massa. Dengan mudahnya kita mampu mengkritik pedas kepada seseorang dan
kritikan kita dengan mudah menyebar ke mana-mana.
Ambiguitas
kedua- posisi media sosial sebagai
ruang public sekaligus ruang privat. Dari persebaran jaringan dan keluasan
jaringannya serta banyaknya orang yang terlibat dalam diskusi, media sosial
merupakan ruang public. Tetapi, dari dari jenis ujarannya yang bersifat
spontan, egaliter, verbal dan langsung, media sosial adalah ruang privat. Dari
ambiguitas antara ruang public dan ruang privat inilah media sosial seperti
Facebook menyebabkan kebingungan tentang standar etika mana yang menjadi tolak
ukurnya. Tentunya ada perbedaan antar perbincangan personal dengan perbincangan
antar kelompok.
Selanjutnya ambiguitasu yang ketiga dari media sosial ialah antara
posisi media sosial sebagai institusi sosial dan institusi ekonomi. Bagi
kebanyakan orang media sosial seperti facebook adalah institusi sosial yang
sudah berbaik hati memberikan beragam kemudahan informasi dan komunikasi kepada
penggunanya. Media sosial ini mengandaikan dan memungkinkan semua orang untuk
berjejaring seluas mungkin dengan keefektivitasan yang tak terbayangkan. Media
sosial ini juga memungkinkan seseorang menjadi dirinya sendiri dan bebas
berbicara dan berpendapat sesuka hatinya tanpa menghiraukan perasaan orang
lain.
Kata sosial dalam media sosial secara hegemonic membuat khalayak orang berpikir bahwa
media sosial sepenuhnya merupakan institusi sosial yang memberikan fasilitas
cuma-Cuma kepada semua orang untuk berinteraksi sosial dalam cara dan lingkup
yang belum pernah terjadi. Namun seyogyanya dengan mudah mengidentifikasi bahwa
media sosial seperti facebook ialah media yang tidak sepenuhnya bermotif
sosial. Alih-alih bermotif sosial, sebenarnya motifnya ialah entitas bisnis dan
bermotif komodifikasi. Media sosial merekam semua jejak aktivitas digital
penggunya (user behavioral data) guna
memperoleh aktivitas rutin pengguna dan dipergunakan untuk dasar menarik
periklanan digital. Data aktivitas pengguna tersebut diolah sedemikian rupa
guna memperoleh skema perilaku pengguna dan akhirnya dijual ke pengiklan.
Terlepas dari ambiguitas media sosial yang berorientasi sosial maupun ekonomi,
media sosial adalah tempat yang bagus untuk demokratisasi dan deliberasi di
ruang public. Media sosial berperan sebagai tempat perdebatan public guna
menyalurkan dan menyerap aspirasi masyarakat.
Ambiguitas
keempat adalah posisi media sosial
sebagai media alternative sekaligus arus utama. Media sosial hadir dan muncul
sebagai media alternatif yang bermotif sebagai media pelarian dari media arus
utama seperti koran, tv, radio, dll. Tetapi seiring berkembangnya teknologi dan
percepatan laju ekonomi, media sosial yang tumbuh dan berkembang dari
pendapatan iklannya. Bertumbuh dan memiliki rating yang cukup mengejutkan.
Alih-alih sebagai media alternatif, kini media sosial seperti facebook,
memiliki intesitas pengguna yang cukup besar, yang membuat facebook kini
menjadi media sosial arus utama.
0 Comments