Pasar Sebagai Pusat Transaksi dan Bertukar Informasi


Tak bisa dipungkiri jalur transaksi dan komunikasi melewati satu jalur dan dua penerima. Jalur yang menghubungkan antara si penyampai dan si penerima. Si penyampai mengeluarkan sebentuk sinyal melalui sebuah media, untuk nanti ditujukan ke si penerima sebagai tujuannya. Dan si penerima akan menimbulkan sebuah efek dari apa yang ia terima.

Sebagai pusat bergulirnya transaksi dan komunikasi, pasar sebagai medium yang sangat efektif untuk pertukaran dan penyerapan informasi. Baik informasi dari pribadi maupun berbentuk kelompok.

Dewasa ini, pasar sebagai tempat bertukarnya barang dan jasa hingga wacana menyimpan banyak keunikan-keunikan yang tak kalah pentingnya dari pada perkotaan. Keunikan yang terjadi di pasar khususnya pasar tradisional ialah proses pembelian barang dan jasa mengalami tawar menawar hingga terjadinya beragam wacana terucapkan.

Dalam hal ini tentu proses komunikasi antara pembeli dan penjual sangatlah instens. Penjual menawarkan harga terbaiknya hingga apa yang ia jual akan menghasilkan keuntungan. Begitu juga dengan pembeli, ia juga menawarkan harga terbaiknya untuk mengurangi harga jual yang ditawarkan oleh penjual. 

Perselisihan hingga pedepatan pun tak mampu dihindari, ketika antara dua orang ini tidak menemui satu konsensus bersama atau kesepakatan. Perdebatan-perdebatan inilah yang membikin arus komunikasi atau pertukaran komunikasi dapat dikatakan instens. Karena itulah komunikasi lebih mengedepankan musyawarah dan mufakat guna membuat suatu kesepakatan.

Dari hasil perdebatan dan proses tawar menawar itulah kita mampu mengambil suatu garis besar dan menggaris bawahi. Bahwa pasar ialah salah satu penyangga ekonomi dan ketahanan pangan bagi produsen dan konsumen hingga distributor. Selain itu juga di pasarlah tempat bergulirnya arus komunikasi yang instens dan proses demokrasi dapat di terapkan. 

Proses pengambilan keputusan yang berujung pada pemuasan hasil kesepakatan inilah yang dinamakan dengan demokrasi. Yang pada tataran idealnya mengambil suatu konsensus bersama sehingga dapat dimanfaatkan dengan tidak membuat kecewa yang lain. 

Dan juga di pasarlah kita disuguhkan beragam kultur budaya dan beragam personality manusia. Ada yang ganteng, cantik, sedengan bahkan kurang. Ada preman, penjual kopi, pedagang sayur hingga tukang ojek. Masing-masing pedagang maupun pembeli memiliki karakter yang berbeda-beda dan sifat yang berbeda pula. 

Sebab inilah pasar dapat dikatakan pusat transaksi dan komunikasi. Karena beraneka ragamnya membuat pasar menjadi tempat pembanjiran wacana. Wacana-wacana yang mengalir bebas ini didapatkan dari para penjual-pembeli yang hilir mudik dari desa ke pasar, dari kota ke pasar, hingga dari pasar ke pasar. Pertukaran wacana dari seseorang ke orang lain ini tak menutup kemungkinan juga di sertainya kebiasaan-kebiasaan mereka. 

Kebiasaan-kebiasaan yang ditularkan, toh, hanya berupa komunikasi verbal dapat memengaruhi orang lain, kalau secara terus menerus di lakukan. Ini juga dapat kita lihat, bila ada seorang teman kita yang dari desa merantau ke kota, dan disana dia menjadi, katakanlah penjual bakso, tak menutup kemungkinan juga ia terbawa oleh kebiasaan disana, dan perilaku-perilakunya dapat berubah secara perlahan-lahan. 

Post a Comment

0 Comments